Riquewihr, Mutiara Daerah Anggur
Riquewihr, Mutiara Daerah Anggur
Riquewihr, Mutiara Daerah Anggur - Bagaimana sebuah kota kecil dekat Wittenheim, Prancis, yang di peta pun tak tercantum, mampu menyedot lebih dari sejuta wisatawan setiap tahunnya? Riquewihr, tempat itu, ternyata asli kota tua. Bangunan-bangunan di sana berasal dari masa ratusan tahun yang lampau, tapi tetap cantik dan fungsional.
Riquewihr |
Tahun 1996 lalu, saya dan seorang saudara berniat mengunjungi seorang teman, seorang dokter Prancis, yang pernah bekerja selama 16 tahun di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Dokter itu kini tinggal di Wittenheim, Prancis. Rencananya, kami akan ikut tur Eropa dulu sebelum mengunjunginya. Kami pun mencari tahu di mana tepatnya letak Wittenheim. Rupanya, Wittenheim begitu terpencil sampai tidak tertera di peta (sehingga jawatan kereta api Belanda pun tidak mengetahuinya).
Dari dokter itu baru kami tahu kalau Wittenheim terletak dekat perbatasan Swiss. Kebetulan juga. Karena kunjungan tur kami yang terakhir adalah G. Titlis di Swiss. Dokter itu juga memberi petunjuk jelas, apa saja yang harus kami lakukan dalam perjalanan setelah Stasiun Luzern. Dia sendiri yang akan menjemput kami di Stasiun Mulhouse, 6 km dari Wittenheim.
Demikianlah, pada akhir tur, sementara peserta tur lain menuju ke bandara Zurich, kami diturunkan di Stasiun Luzern, dengan pesan agar berhati-hati. Mungkin mereka khawatir melihat dua nenek-nenek bertualang di daerah asing.
Statiun Lucerne di Luzern Swiss |
Harga tiket Luzern - Mulhouse ialah 38 frank swiss (sekarang sekitar Rp 580.000,-). Cara membeli tiket itu agak repot. Tidak seperti di Belanda dan di Indonesia, langsung antre di depan loket. Ini lebih mirip antre di bank dengan banyak kasir. Setelah mendapat tiket, kami juga mendapat print out yang berisi keterangan kapan kami akan tiba dan kapan kereta api berikut berangkat, kalau harus ganti kereta.
Di Stasiun Basel, yang merupakan perbatasan Swiss - Prancis, kami harus ganti dengan kereta api Prancis. Saat kami melewati perbatasan yang masih dalam areal stasiun, ada petugas pabean yang memeriksa paspor dan barang-barang bawaan kami.
Yang agak aneh, sebelum naik kereta api Prancis, penumpang harus men-ceklek tiketnya lebih dulu. Kalau tidak, konon kami akan mengalami kesulitan, begitu pesan dokter itu dalam suratnya. Padahal, kalau tidak tahu, orang pasti akan kelewatan memperhatikan tiang di tengah peron dan tidak ada petugasnya itu. Namun, kalau diperhatikan dengan saksama, memang ada tulisan bahwa tiket harus lebih dulu diceklek di situ, tapi tidak ditulis apa sanksinya kalau tidak dilakukan.
Kami tiba dengan kereta api yang lebih awal, sehingga di stasiun Mulhouse, jemputan kami belum datang dan harus menunggu beberapa lama.
Kami menginap selama dua malam di rumah dokter yang mirip rumah kuno di Bandung itu. Rumah itu bertingkat tiga dengan kebun luas tanpa pagar. Kebun ditanami pohon ceri yang kebetulan sedang berbuah dan tinggal dipetik. Juga ada berbagai jenis tanaman sayur. Mereka memang keluarga petani. Selain rumah yang luas itu mereka juga mempunyai ladang luas di tempat lain.
"Mutiara" daerah Elsas
Benteng Kronenburg |
Benteng Kronenburg |
Benteng Kronenburg |
Ilustrasi benteng Kronenburg |
Keesokan harinya kami diajak ke benteng Kroenenbug dan kota kuno Riquewihr. Sampai sekarang, saya tak begitu tahu bagaimana persis nama kota yang tampak "sulit" diucapkan ini. Mengingat latar belakang Jermannya yang cukup panjang, bisa saja ia diucapkan "rikewir", sesuai dengan lafal bahasa Jerman. Tapi berhubung ia kemudian masuk wilayah Prancis, orang Prancis akan membacanya sebagai "rikwir". Singkat kata, Riquewihr yang mungil ini terletak di sebuah lembah dekat perkebunan anggur Schonenberg. Pemandangan sekitarnya yang indah ditambah iklim yang sejuk membuat kota ini dijuluki "Mutiara Daerah Anggur Elsas".
Biasanya, kota kuno ada juga diselingi dengan bangunan modern, tapi di Riquewihr semua bangunan benar-benar antik walau usianya berbeda-beda. Kecuali penghuni, para wisatawan seperti kami harus memarkir mobilnya di luar kota.
Menurut perkiraan, Riquewihr sudah dihuni sejak zaman batu tapi baru berkembang pada zaman kolonisasi Romawi. Kemudian seorang Frank kaya bernama Richo, membuat pertanian anggur luas di situ. Tanah milik Richo yang disebut Richovilla (abad VI) itulah yang kemudian berkembang menjadi Riquewihr.
Riquewihr, Mutiara Daerah Anggur |
Tidak banyak yang tahu bagaimana perkembangan daerah itu antara abad VI - VIII. Yang pasti, di abad XI daerah ini adalah milik keluarga besar Eguisheim-Dabo. Di awal abad XIII Riquewihr menjadi benda kontrak jual-beli antara pihak Grafen Burckart dan Walter von Horbourg dengan pihak Graf Ulrich von Wurttemberg. Namun, sejak kematian keluarga Eguisheim, Keluarga Horburg menjadi tuan tanah di Riquewihr. Untuk melindungi daerah milik Count of Horbourg ini, didirikanlah tembok yang membentengi daerah itu. Baru tahun 1320, Riquewihr resmi dinyatakan sebagai sebuah kota.
Tahun 1397 merupakan tahun penting dalam sejarah kota ini. Lewat perkawinan, daerah kekuasaan Count of Horbourg ini dialihkan kepada Keluarga Wurttemberg yang menguasainya sampai meletusnya Revolusi Prancis di akhir abad XVIII.
Perkembangan pesat amunisi, membuat tembok benteng Riquewihr dianggap tidak efektif lagi, sehingga tahun 1500 dibangun dinding baru mengelilingi kota itu.
Old Riquewihr |
Selanjutnya, kota kuno itu banyak mengalami pergolakan: penguasa silih berganti, begitu juga perang dan wabah sampar. Di abad XVI Riquewihr mengalami zaman keemasan. Orang mulai membangun dan berinvestasi. Kebanyakan rumah yang masih ada sekarang berasal dari Zaman Renaissance dan beberapa ada yang terpengaruh kuat gaya Michelangelo. Abad Pertengahan pun berakhir, seiring dengan berakhirnya kemiskinan dan ketidakpastian. Sebagai saksi Abad Pertengahan, hanya tinggal menara jaga yang menjulang tinggi, tembok kota dan menaranya.
Setelah zaman keemasan berakhir pada abad XVII, Riquewihr terlibat dalam Perang 30 Tahun yang merupakan konflik Eropa yang rumit. Akibatnya, di pertengahan abad itu penduduk Riquewihr tinggal 530 jiwa. Antara tahun 1723 - 1748, daerah milik tuan-tuan tanah termasuk Riquewihr banyak yang dihancurkan oleh raja-raja Prancis. Sampai salah seorang penguasa Wurttemberg harus meminjam sejumlah besar modal pada Voltaire, seorang penulis besar Eropa (1694 - 1778). Sehingga untuk itu dia harus menggadaikan pendapatan daerahnya itu, termasuk hasil dari perkebunan anggurnya.
Pada 1796 di Riquewihr terjadi revolusi, dan akibat Perdamaian Paris, daerah ini masuk menjadi bagian Prancis dan disahkan setelah penentuan perdamaian di Luneville tahun 1801.
Di abad XIX, bentuk kota benteng itu berubah. Sebagian besar dari dinding kota yang dibangun tahun 1500 itu dirobohkan. Termasuk pintu gerbang buatan tahun 1808, dan diganti dengan sebuah gedung balai kota bergaya neo-klasik. Gereja Santa Margarete yang dipakai oleh pemeluk Protestan maupun Katolik tahun 1833 tidak lagi boleh digunakan, karena dindingnya sudah retak-retak. Tahun 1842, gereja Gotik yang sebagian besar dibangun di abad XIV itu bukannya direnovasi, tapi dirobohkan. Sebagai gantinya dibangun dua gereja, masing-masing untuk Katolik dan Protestan.
Museum pos terindah
Sekarang ini, Riquewihr yang berada di kaki perbukitan Vosges itu memiliki lima museum: Museum Dolder; Menara Berlonceng buatan tahun 1291 yang menjadi lambang kota itu; Museum Pos & Telekomunikasi di bekas puri milik Duke of Wurttemberg, Museum Kereta Pos, Museum Menara Pencuri, dan Museum Hansi.
Museum Pos dan Telekomunikasi Wurttemberg |
Museum Pos dan Telekomunikasi Wurttemberg |
Museum Pos dan Telekomunikasi Wurttemberg |
Museum Pos dan Telekomunikasi Wurttemberg |
Museum Pos dan Telekomunikasi Wurttemberg |
Museum Pos dan Telekomunikasi Wurttemberg |
Museum Pos dan Telekomunikasi Wurttemberg |
Tahun 1860, Puri Renaissance milik Duke of Wurttemberg diubah menjadi sebuah sekolah. Namun, kini puri itu menjadi Museum Pos terindah di Prancis. Sejak tahun 1971, di museum ini bisa disaksikan berbagai koleksi terbagus dalam sejarah perposan.
Di abad XX, selama dua kali perang dunia, untunglah Riquewihr selamat dari kerusakan. Padahal, banyak desa di sekitarnya yang hancur. Sekarang, kota tua itu menjadi kota wisata. Penduduknya yang cuma sekitar 1.050 jiwa itu boleh bangga dengan kunjungan wisatawan yang setiap tahunnya mencapai lebih dari satu juta orang. Di sepanjang jalan banyak pedagang kaki lima menjajakan berbagai macam cinderamata dan makanan khas daerah itu. Setelah lelah berjalan, kami makan siang di salah satu kafe yang banyak terdapat di sela-sela bangunan.
Kami meninggalkan Wittenheim keesokan harinya dengan kereta api menuju Rotterdam. Harga karcis kereta api 395 frank Swiss dan perjalanan makan waktu delapan jam dengan melewati Luxemburg dan Belgia. Di Brussel kami ganti kereta api cepat menuju Rotterdam, untuk selanjutnya kembali ke Indonesia.
Sumber gambar:
wikipedia.org
castle.nl
tripadvisor.fr
Sumber: Intisari
Posting Komentar untuk "Riquewihr, Mutiara Daerah Anggur"