Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML Atas

Unik, Koleksi Arkeologi Indonesia

Unik, Koleksi Arkeologi Indonesia

Unik, Koleksi Arkeologi Indonesia - Jauh sebelum masuknya budaya India, di daerah pantai utara Jawa Barat telah lama dihuni manusia. Dalam kehidupan sehari-hari mereka telah mengenal cara membuat barang-barang tembikar. Barang-barang tembikar tersebut ada yang dipakai untuk keperluan sehari-hari, dan ada yang dipakai untuk bekal kubur. Koleksi tembikar ini berasal dari Situs Batujaya dan berfungsi sebagai bekal kubur. Ditemukannya bersama-sama kerangka manusia dan bekal kubur yang lain, seperti parang gelang emas, dan penutup mata.

Hubungan dengan India dimulai dengan hubungan dagang. Barang-barang produk India yang ditemukan di Batujaya diduga berasal dari Arikamedu (Pondicherry, India Selatan) berupa tembikar. Agaknya intensitas hubungan dagang dengan India berlangsung lama dan sering. Dari intensitas ini lama kelamaan berkembang budaya India. Salah satu di antaranya masuknya agama Hindu dan Buddha. 

Situs Batujaya

Fragmen stuko
Fragmen stuko

Di Situs Batujaya pengaruh budaya India diwujudkan dalam bentuk bangunan-bangunan keagamaan. Berdasarkan petunjuknya, diduga bahwa bangunan-bangunan tersebut merupakan bangunan stūpa yang dibuat dari bata dan dilapis dengan lapisan stuko dan dihias dengan bahan dari stuko juga. Koleksi ini adalah hiasan bangunan dari bahan stuko berbentuk kepala hewan dan manusia.

Situs Batujaya
Situs Batujaya

Salah satu kelengkapan upacara Therawada adalah “amulet” yang oleh umat Buddhis dikenal dengan nama tsa-tsa. Pada salah satu bangunan di Batujaya ditemukan tsa-tsa dari bahan tanah liat yang dibakar. Pada salah satu sisi tsa-tsa terdapat relief yang menggambarkan Buddha dalam konteks ceritera “Keajaiban Srawasti”. Satu tsa-tsa di bagian bawah relief Buddha terdapat pertulisan.

Ceritera Keajaiban Srawasti menceriterakan tentang Sang Buddha yang tinggal di bukit Srawasti (Gunung Nazar di India) selama 30 tahun. Sang Buddha tinggal di dalam kamar ghandakuti (kamar harum). Di sana pula ia menaklukan pertapa Hindu yang menentang Buddhisme. Dia memperlihatkan kekuatan supranatural yang hanya bisa dimiliki oleh seorang Buddha. Kasih itu bagi orang Buddhist sangat penting karena Buddha hanya sekali itu menggunakan kesaktian yang luar biasa.

Situs Sikendeng

Arca perunggu di Desa Sikendeng, Mamuju, Sulawesi Barat
Arca perunggu di Desa Sikendeng, Mamuju, Sulawesi Barat

Di pantai barat Sulawesi Tengah, di Situs Sikendeng atau dikenal juga Situs Sempaga dekat Sungai Karawa ditemukan sebuah arca Buddha dari bahan perunggu. Arca ini digambarkan memakai jubah yang bergaris-garis sejajar. Bentuk jubah ini mengingatkan arca-arca Buddha yang berlanggam Amarawati (abad ke-2-4 Masehi). Ada dugaan arca ini dibawa dari Srilanka di mana di pulau itu gaya seninya berkembang pada abad ke-8 Masehi.

Arca Sikendeng diduga merupakan perwujudan Buddha Dipańkara, yaitu pelindung para pelaut. Digambarkan memakai jubah di mana salah satu ujungnya dipegang tangan kiri. Tangan kanannya digambarkan dalam mudra Abhaya (= jangan takut).

Stupika

Stupika
Stupika

Stūpika adalah stūpa-stūpa kecil yang dibuat dari tanah liat yang dikeringkan dengan dibakar atau dijemur saja. Di bagian dalam stūpika terdapat meterai tanah liat yang berbentuk bulatan seperti tablet. Pada salah satu permukaan tablet ini terdapat tulisan atau relief yang menggambarkan Buddha.

Kalimat yang ada di permukaan tablet ditulis dalam aksara Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Isinya berupa mantra-mantra dari formula ye dharmma yang bunyi lengkapnya adalah sebagai berikut:

Ye dharmma hetu prabhawa hetuntesan

Tathagato hyawadat-tesan-ca yo nirodha

Ewamwadi mahaśramah

Untuk membuat stūpika ada dua cara, yaitu dengan cara langsung membentuknya dan dengan cara dicetak. Koleksi ini adalah cetakan stūpika yang dibuat dari bahan perunggu dan ditemukan di Situs Karanganyar, Palembang.

Di Indonesia stūpika ditemukan di situs-situs di Jawa Tengah (Semarang, Borobudur, dan Klaten), Jawa Timur (Gumuk Klinting, Bawean, dan Muncar), Bali (Tatiapi, Tampaksiring, dan Lovina), dan Sumatra Selatan (Palembang). Di dalamnya terdapat tablet mantram ye dharmma dan ada juga yang berisi relief Buddha Amitabha atau Aksobya. Kedua relief dalam stūpika merupakan satu keunikan khas Indonesia, karena di tempat lain tidak ada. Kedua relief ini mengindikasikan tantra.

Ritual Keagamaan

Dalam sebuah ritual keagamaan biasanya terdapat bermacam-macam peralatan. Demikian juga dalam ritual agama Buddha memakai bermacam-macam peralatan sesuai dengan kebutuhannya. Benda-benda itu antara lain berupa:

• Kendi berupa wadah tertutup biasa dipakai untuk keperluan sehari-hari maupun upacara keagamaan sebagai tempat air. Dalam ikonografi kendi disebut dengan istilah kamandalu. Dalam ritual agama kendi dipakai sebagai wadah air suci. Koleksi kendi dalam pameran ini ada dua macam, yaitu kendi dari tanah liat dan kendi dari perunggu. Kendi dari perunggu biasa disebut dengan istilah kendi amerta yang berarti kendi untuk wadah air amerta (air kehidupan). Bagian ceratnya berbentuk kepala naga dengan mulut menganga.

Kendisusu
Kendisusu

• Genta pendeta, bagian ujung pegangannya biasanya ada hiasan berbentuk wajra bergigi lima, cakra, atau padma. Bagian bandulnya bulat, tetapi kadang-kadang berhiaskan berbentuk kumuda. Pada waktu ritual agama benda ini dipegang pendeta pada tangan kanan dan dibunyikan pada waktu tertentu, sedangkan tangan kirinya memegang wajra. Genta atau lonceng dalam agama Buddha melambangkan kasunyatan atau kekosongan dan kebahagiaan tertinggi. Wajra pada waktu ritual berlangsung dipegang pada tangan kiri pendeta, sedangkan tangan kanan memegang/membunyikan genta. Wajra dalam agama Buddha melambangkan jalan/metode atau kebiijaksanaan tertinggi.

Genta Pandita
Genta Pandita

• Pedupaan ketika ritual berlangsung berfungsi sebagai tempat untuk membakar wangi-wangian. Bentuknya bulat dengan tiga buah kaki. Pada bagian atasnya yang menonjol terdapat hiasan. Pada salah satu sisi di bagian bawah badan terdapat tangkai pegangan. Fungsinya tempat untuk membakar dupa atau wangi-wangian agar asapnya menyebar memenuhi ruang atau lapangan upacara.

Tempat pedupaan
Tempat pedupaan

• Cermin mempunyai sifat memantulkan apa adanya tidak ada korupsi. Karena itulah cermin merupakan perlambang hati yang jernih, batin yang mengerti fenomena apa adanya. 

Cermin
Cermin


Sumber ilustrasi gambar:
kebudayaan.kemdikbud.go.id
candi.perpusnas.go.id

Posting Komentar untuk "Unik, Koleksi Arkeologi Indonesia"